Pembakaran Kitab-kitab Suci
Pembakaran Kitab-Kitab Suci, Li Si telah membantu Chien Si Ong menjadi raja besar, namun kemudian juga pula yang membantu raja itu di dalam kekalapannya, yaitu melenyapkan segala hasil budaya lama yang diprasangkakan dapat membahayakan cita-cita Kerajaan barunya . Di dalam pemerintahan yang bersifat diktaktor dan totaliter itu ternyata masih ada para Phoksu (sarjana dan rokhaniwan) Ji Kau atau Agama Khonghucu yang berani mengeluarkan pendapat dan kritik, bahkan sering terang-terangan; maka Li Si telah mengusulkan dilakukan larangan memiliki dan membaca Kitab-Kitab Suci Konfusiani: dilakukan perampasan dan pembakaran Kitab-Kitab Suci pada tahun 213 SM. Para Phoksu yang berani menentang ditangkap dan dihukum menjadi pekerja paksa membuat tembok besar, bahkan ada 460 orang Phoksu pada tahun berikutnya (212 SM) dihukum kubur hidup-hidup di ibukota Ham Yang. Demikianlah Li Si telah mengkhianati guru, Nabi dan Tuhannya; tetapi iapun akhirnya harus menerima buah perbuatannya setelah Chien Si Ong mangkat; putera Chien Si Ong yang berganti naik takhta ternyata mempunyai ganjalan dan sakit hati kepada Li Si sehingga kini melakukan pembalasan.
Masa pembakaran dan pelarangan Kitab Suci kita oleh Chien Si Ong
ini sungguh merupakan masa yang sangat berbahaya dalam perkembangan Agama kita.
Sungguh amat berat tanggung jawab yang dipikul dan penderitaan yang dialami
umat Khonghucu waktu itu, namun mereka ternyata tidak gentar
menghadapinya; mereka tetap teguh mempertahankan keyakinan dan Agamanya;
walaupun beribu-ribu yang ditangkapi, di- siksa, dijadikan tenaga kerja paksa,
dikubur hidup- hidup. Di hati dan semangat mereka kiranya terus ber- dentang
suara Bok Tok, "Siswa dalam Cinta Kasih tidak inginkan hidup bila itu
membahayakan Cinta Kasih. Bahkan mengorbankan dirinya untuk menyempurnakan
Cinta Kasih.' (Sabda Suci XV: 9)' Hidup, Aku menyukai, kebenaran, aku menyukai
juga. Tetapi kalau tidak dapat kuperoleh kedua-duanya, akan kulepaskan hidup
dan kupegang teguh Kebenaran. (Bingcu VI A 10)' Kalau dunia di dalam Jalan
Suci, muncullah bersama dengan Jalan Suci; kalau dunia ingkar dari Jalan Suci,
berkuburlah bersama dengan Jalan Suci.' (Bingcu VIIA 42)' Setelah tiba tengah
musim dingin, barulah dapat kita ketahui pohon siong dan pik paling akhir gugur
daunnya.' (Sabda Suci IX 28) Tuhan Yang Maha Esa telah menyalakan Kebajikan
dalam diriku. Apakah yang dapat dilakukan Hwantwee atasku?" (Sabda Suci
VII: 23) Hanya kepada Kebajikan TIAN berkenan.' "Sungguh miliki yang satu
itu: Kebajikan' (Su King) Demikianlah semangat mereka tidak patah, bahkan
dinasti Chien-lah yang tidak berumur panjang. Raja Chien Si Ong yang bermimpi
dapat hidup jaya berlaksa keturunan, temyata hanya sampai turunan ke dua saja
dan mengalami kehancuran. Ehien Si Ong berhasil menjadi kaisar tahun 221 SM,
mangkat tahun 210 SM, dan kerajaannya hancur tahun 207 SM.
Komentar
Posting Komentar